Group Obade MTsN di Sumpah Pemuda

Siswa-siswi MTsN Keude kembali terlibat dalam perhelatan besar di kabupaten Nagan Raya. Senin (28/11) group Obade MTsN Keude Linteung dipercaya untuk menjadi pembawa lagu-lagu wajib di hari Sumpah Pemuda tersebut. Ini merupakan kepercayaan kesekian kali dari Pemerintah Kabupaten Nagan Raya untuk MTsN Keude Linteung.

Lagu-lagu yang dibawakan oleh group Obade MTsN Keude Linteung ini antara Lagu Indonesia Raya sebagai lagu wajib. Kemudian dilanjutkan dengan lagu Padamu Negeri dan lagu bangunlah pemuda-pemudi. Upacara peringatan Hari Sumpah pemuda yang dipusatkan di halaman Kantor Bupati Nagan Raya ini di pimpin oleh Bupati Nagan Raya, Drs. Zulkarnaini.

Ratna Wilis, S.Pd menuturkan bahwa “Ini adalah bentuk partisipasi pemuda-pemudi yang masih siswa di MTsN Keude linteung dalam kapasitas mereka sebagai pelajar. Sebagai pelajar mereka bisa berkonstribusi positif walaupun hanya dalam bentuk menyanyikan lagu wajib di upacara ini. Sehingga nilai-nilai kesatuan yang diusung sejak tahun 1928 masih terus terpatri di benak siswa-siswi ini”.
 
Dalam amanatnya Bupati Nagan Raya, Drs. Zulkarnaini menyampaikan bahwa pentingnya kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia ini. Sumpah Pemuda tahun 1928 lalu merupakan langkah awal dari bersatunya Indonesia dalam suatu wadah negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan isi sumpah pemuda. Yaitu: Satu bangsa Bangsa Indonesia, Satu Bahasa Bahasa Indonesia, dan bertanah air satu tanah air Indonesia.
 
http://aceh.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=163061

Shadaqah, Infak dan Qurban di MTsN Keude Linteung



Siswa-siswi MTsN Keude Linteung diselimuti kegembiraan yang sangat lega. Mereka telah berhasil melakukan salah satu perbuatan yang disenangi oleh Allah SWT. Perbuatan yang rutin dilakukan setiap hari raya Iduel Adha.
Senin (14/10) lalu, pengurus Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM) dan seluruh siswa-siswi MTsN Keude Linteung melakukan Pelaksanaan Qurban. Kegiatan ini dikelola langsung oleh pegurus OSIM, kegiatan yang berawal dari program kerja tahunan OSIM MTsN Keude Linteung  yaitu penggalangan dana melalui tabungan SIQ (Sedekah Infaq dan Qurban) yang sudah pengurus OSIM kumpulkan.
Penggalangan dana SIQ ini dilakukan secara kontinyu pada setiap hari jum’at, yaitu saat siswa siswi melaksanakan kegiatan wirid yasin bersama di halaman madrasah (jam 07.30 wib). Setelah wirid yasin tersebut, siswa-siswi lalu mengumpul tabungan SIQ melalui ketua kelasnya masing-masing yaitu dengan cara menyisihkan sebagian dari jajan yang diberikan oleh orang  tuanya  secara ikhlas tanpa paksaan.
Kenapa dilakukan sebelum hari raya, karena diharapkan daging kurban ini bisa bermanfaat untuk penerima manfaat. Sebab pada hari tersebut merupakan hari meugang, sehingga merupakan moment yang paling pas bagi orang Aceh dan Nagan khususnya.
Jasaf Wanida, mengatakan “penerima manfaat SIQ ini berjumlah 31 orang, yaitu kelas VII sebanyak 8 orang siswa, kelas VIII sebanyak 10 orang siswa dan kelas IX sebanyak 13 orang siswa. Penerima manfaat ini merupakan anak yatim dan siswa-siswi miskin yang ada di madrasah ini”.
Diharapkan kepada penerima bisa bermanfaat untuk menyongsong hari raya Iduel Adha tersebut. Dan kegiatan SIQ ini bagi siswa-siswi bisa menjadi budaya yang bisa terus dikembangkan di MTsN Keude Linteung. (http://aceh.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=161920 )

Kisah Tsa’labah



Siang itu Rasululah SAW sedang shalat berjama’ah di masjid bersama para sahabat beliau. Diantara sederetan para sahabat yang makmum di belakang Rasulullah, nampak seorang tengah baya yang kusut rambutnya dengan berpakaian lusuh. Ia dikenal sebagai seorang sahabat Rasululah SAW yang tekun beribadah.
Setelah Rasulullah SAW menyelesaikan shalat, sahabat berpakaian lusuh itu segera beranjak pulang tanpa membaca wirid dan berdoa terlebih dahulu. Rasulullah menegurnya, “Tsa’labah! Mengapa engkau tergesa-gesa pulang? Tidakah engkau berdoa terlebih dahulu?. Bukankah tergesa-gesa keluar dari masjid adalah kebiasaan orang-orang munafik?” Tsa’labah menghentikan langkahnya, ia sangat malu ditegur oleh Rasulullah SAW, tetapi apa mau dikata, terpaksa ia berterus terang kepada Rasulullah SAW.
“Wahai Rasululah ... Kami hanya memiliki sepasang pakaian untuk shalat dan saat ini istriku di rumah belum melaksanakan shalat karena menunggu pakaian yang aku kenakan ini. Pakaian yang hanya sepasang ini kami pergunakan shalat secara bergantian. Kami sangat miskin. Untuk itu, Wahai Rasul ... jika engkau berkenan, doakanlah kami agar Allah SAW menghilangkan semua kemiskinan kami dan memberi rejeki yang banyak.” Rasulullah SAW tersenyum mendengar penuturan Tsa’labah, lalu beliau berkata, “Tsa’labah sahabatku…, engkau dapat mensyukuri hartamu yang sedikit, itu lebih baik daripada engkau bergelimang harta tetapi engkau menjadi manusia yang kufur”.
Nasehat Rasulullah sedikit menghibur hati Tsa’labah, karena sesungguhnya yang ada dalam benaknya adalah ia sudah bosan menjalani hidup yang serba kekurangan. Satu-satunya cara agar cepat menjadi kaya adalah memohon doa kepada Rasulullah SAW, karena doa seorang utusan Allah pasti didengar Allah SWT. Itulah yang selalu menjadi angan-angan Tsa’labah, hingga keesokan harinya ia kembali menemui Rasulullah dan memohon agar beliau mau medoakannya agar menjadi orang kaya.
Rasulullah SAW kembali menasehati, “Wahai Tsa’labah.. Demi Dzat diriku berada di tanga-Nya. Seandainya aku memohon kepada Allah agar gunung Uhud menjadi emas, Allah pasti mengabulkan. Tetapi apa yang terjadi jika gunung Uhud benar-benar menjadi emas, masjid-masjid akan sepi!. Semua orang akan sibuk menumpuk kekayaan dari gunung itu! Aku khawatir jika engkau menjadi orang kaya, engkau akan lupa beribadah kepada Allah SWT
Tsa’labah terdiam mendengar nasehat Rasulullah namun dalam hatinya terkecamuk,
“Aku mengerti Rasulullah tidak mau mendoakan karena beliau sayang kepadaku. Beliau khawatir jika aku menjadi orang kaya, aku akan menjadi golongannya orang-orang yang kufur. Tetapi aku tidak seburuk itu,
 justru dengan kekayaan yang kumiliki aku akan membela agama ini dengan hartaku…”
Akhirnya Tsa’labah pulang. Ia merasa malu apabila terus memaksa Rasulullah agar mau mendoakannya. Namun keesokan harinya ia tidak kuasa menahan dorongan hatinya untuk segera terbebas dari belenggu kemiskinan yang kian menghimpitnya. Ditemuinya Rasulullah, ia memohon untuk yang ketiga kalinya agar Rasulullah mau mendoakannya. Kali ini Rasulullah tidak bisa menolak keinginan Tsa’labah, beliau mengadahkan tangan ke langit…
 “Ya Allah… Limpahkanlah rejekiMu kepada Tsa’labah” Kemudian Rasulullah memberikan kambing betina yang sedang bunting kepada Tsa’labah. “Peliharalah kambing ini baik-baik….” pesan Rasulullah. Tsa’labah pulang membawa kambing pemberian Rasulullah dengan hati yang berbunga-bunga. “Dengan modal kambing serta doa Rasulullah, aku yakin aku akan menjadi orang yang kaya raya”.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Tsa’labah yang dulu miskin dan lusuh telah berubah menjadi orang kaya yang terpandang. Kambingnya berjumlah ribuan. Disetiap lembah dan bukit terdapat kambing-kambing Tsa’labah.
Pagi itu Tsa’labah berjalan-jalan meninjau kandang-kandang kambing yang sudah tidak sesuai dengan jumlah kambing yang terus berkembang biak. “Hmm.. Aku harus pindah dari sini, mencari lahan yang lebih luas untuk menampung kambing-kambingku…”
Akhirnya Tsa’labah menemukan lahan yang luas di pinggiran madinah. Di sana ia membangun kandang-kandang baru yang lebih besar. Namun demikian perkembangan kambing-kambing Tsa’labah bagaikan air bah yang sulit di bendung. Kandang-kandang yang baru dibangun itu pun sudah penuh sesak oleh ribuan kambing. Dengan demikian setiap hari Tsa’labah disibukkan mengurus harta kekayaannya. Ia yang dulu setiap sh
alat lima waktu selalu berjamaah di masjid, sekarang hanya datang ke masjid pada waktu shalat Dzuhur dan Ashar saja.
Kini kandang-kandang yang baru dibangun Tsa’ labah di pinggiran Madinah sudah tidak lagi memenuhi syarat. Maka ia memutuskan untuk mencari area yang lebih luas lagi. Tentu saja area yang masih sangat luas itu berada jauh di luar Madinah. Tsa’labah sudah tidak memikirkan lagi bagaimana ibadahnya bila jauh dari Madinah. Kepalanya sudah dipenuhi dengan hubbuddunya, hingga ia datang ke masjid hanya seminggu sekali yaitu pada waktu shalat Jum’at. Dengan semakin derasnya harta yang mengalir dirumah Tsa’labah, kini ia lebih senang tinggal dirumah daripada jauh-jauh datang ke masjid, bahkan shalat Jum’at pun ia tidak datang ke masjid..!
Sampai Rasulullah bertanya-tanya, “Wahai sahabatku… sudah sekian lama Tsa’labah tidak kelihatan di masjid. Tahukah kalian bagaimana keadaannya sekarang?” “Wahai Rasulullah… Tsa’labah sudah menjadi orang kaya. Lembah-lembah di Madinah maupun diluar Madinah, telah penuh sesak dengan kambing-kambing Tsa’labah…”“Benarkah? Mengapa ia tidak pernah menyerahkan sedakehnya sedikitpun?” Setelah Allah menurunkan ayat tentang kewajiban zakat. Rasulullah mengutus dua orang sahabat untuk menjadi amil zakat. Seluruh umat Islam di Madinah yang hartanya dipandang sudah mencapai nisab zakat didatangi, tak terkecuali Tsa’labah pun mendapat giliran. Kedua utusan Rasulullah membacakan ayat zakat dihadapan Tsa’labah. Kemudian setelah dihitung dari seluruh harta kekayaannya ternyata memang banyak harta Tsa’labah yang harus diserahkan sebagai zakat. Tak disangka, Tsa’labah mukanya berubah merah, ia berang…“Apa-apaan ini! Kalian mengatakan ini zakat..! Tetapi menurutku ini lebih tepat disebut upeti/ Pajak! Sejak kapan Rasulullah menarik upeti! Hahh..?! Aku bisa rugi! Kalian pulang saja. Aku tidak mau menyerahkan hartaku..!”
Kedua utusan Rasulullah kembali menghadap Rasulullah dan menceritakan semua perbuatan Tsa’labah. Beliau bersedih telah kehilangan seorang sahabat yang dulu tekun beribadah ketika miskin namun setelah kaya ia telah terpengaruh dengan harta kekayaannya.
“Sungguh celaka Tsa’labah! Celakalah ia!” Kemudian Allah menurunkan ayat 75 dalam surat At Taubah, tentang ciri-ciri orang munafik. Ayat itu segera menyebar ke seluruh muslimin di Madinah, hingga ada salah seorang kerabat Tsa’labah yang datang memberitahunya..” Celakalah engkau Tsa’labah! Allah telah menurunkan ayat karena perbuatanmu!”
Tsa’labah tertegun, ia baru sadar bahwa nafsu angkara murka telah lama memperbudaknya. Kini ia bergegas menghadap Rasulullah dengan membawa zakat dari seluruh hartanya. Namun Rasulullah tidak berkata apa-apa kecuali hanya sepatah kata, “Sebab kedurhakaanmu, Allah melarangku untuk menerima zakatmu!”
Rasulullah mengambil segenggam tanah lalu ditaburkan diatas kepala Tsa’labah…“Inilah perumpamaan amalanmu selama ini… sia-sia belaka! Aku telah peintahkan agar engkau menyerahkan zakat, tetapi engkau menolak. Celakalah engkau Tsa’labah!” Tsa’labah berjalan lunglai kembali kerumahnya. Hari-hari dalam hidupnya hanya dipenuhi dengan penyesalan yang tiada arti. Sampai suatu hari terdengar kabar Rasulullah telah wafat, ia semakin bersedih karena taubatnya tidak diterima oleh Rasulullah hingga beliau wafat. Tsa’labah mencoba mendatangi khalifah Abu Bakar sebagai pengganti Rasulullah. Ia datang dengan membawa zakatnya. Apakah Abu Bakar menerimanya? Abu Bakar hanya berkata, “Rasulullah saja tidak mau menerima zakatmu, bagaimana mungkin aku menerima zakatmu?”
Demikian pula di jaman kekhalifahan Umar bin Khattab, Tsa’labah mencoba menyerahkan zakatnya. Umar pun tidak mau menerima sebagaimana Rasulullah dan Abu Bakar tidak mau menerima zakatnya. Bahkan sampai khalifah Utsman bin Affan juga tidak mau menerima zakat Tsa’labah karena Rasulullah, Abu Bakar dan Umar tidak mau menerima zakatnya.
Kehidupan yang hina dan penuh kemurkaan Allah telah menimpa seorang sahabat Rasulullah yang telah tenggelam di dalam gelimang harta hingga menyeretnya ke lembah kemunafikan. Ia telah melalaikan kewajibannya. Ia telah mengingkari janji-janjinya. Ia telah melecehkan kemuliaan Allah dan RasulNya, sehingga membuahkan penderitaan yang kekal abadi di dalam neraka.
(Ibnu Jarir Dalam Tafsir Ibnu Katsir)

Workshop Jurnalistik di Nagan: Menulis itu Gampang

Workshop Jurnalistik untuk Aparatur di Lingkungan Kantor Kementerian Agama Kab. Nagan Raya dibuka oleh Drs. Djulaidi, Kankemenag Kabupaten Nagan Raya, Rabu (2/9). “Workshop ini akan dilaksanakan sampai dua hari ke  depan dengan jumlah peserta 40 orang. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari workshop serupa yang dilakukan oleh Kanwil Kemenag Aceh beberapa waktu lalu”. Ketua Panitia Tgk. Aidy Putra, S.Ag dalam laporannya.
Mengambil tema “Menulis Itu Gampang” menjadi titik acuan dalam Workshop Jurnalistik ini. Dengan menulis diharapkan aparatur Kemenag akan sering memberi informasi tentang kegiatan di Nagan. Pasca workshop ini informasi dari satker-satker Kankemenag di Nagan Raya semakin banyak bisa dipublikasikan ke publik. Pemateri berasal dari internal dan ekternal Kemenag Nagan seperti Pemerintah Daerah, Jurnalis dan Fisip Universitas Teuku Umar.
Pada sesi pembukaan Kasubbag TU mengatakan bahwa “Workshop ini adalah yang sangat penting bagi Kementerian Agama, masyarakat butuh informasi. Bila aparatur Kemenag masih menganggap informasi itu tidak penting maka Kemenag ini akan ditinggal masyarakat. Dunia yang terus terbuka akibat pengaruh teknologi informasi menyebabkan media elektronik dan media sosial sebagai media infromasi yang paling cepat dan reaktif”. Disisi lain Kankemenag juga mengharapkan agar peserta dapat mengikuti proses kegiatan dengan disiplin sehingga dapat memperoleh pengetahuan baru yang diberikan pemateri nantinya.
Kepala Kankemenag Nagan mengawali penyampaian materi tentang “Kebijakan Kementerian Agama dalam Pelayanan Informasi dan Data”. Kankemenag menyampaikan tentang “media informasi yang dimiliki oleh Kemenag antara lain media Santunan dan Website Kanwil Kemenag. Kemenag Nagan Raya sendiri juga diharapkan memiliki media website sendiri nantinya”. Kemenag menambahkan “mari menyebarkan informasi di Nagan Raya agar program-program di Kemenag Nagan bisa dikonsumsi masyarakat luas”.
Sesi berikutnya yang diisi oleh Muhammad Idris, M.Pd menyajikan tentang Pemerintah Daerah dan Kebijakan Informasi Publik. Bagaimana masyarakat yang bisa memperoleh informasi tentang penyelenggaraan negara, baik kebijakan maupun pendanaan. “Pejabat Pengelola Informasi dan Data(PPID)wajib ada di daerah atau intansi sebagai jembatan antara masyarakat dan Pemerintah” kata Muhammad Idris. Sehingga informasi kepada masyarakat dapat disampaikan dengan cara yang lebih baik dan elegan.( http://aceh.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=160083 )